Thursday, May 10, 2012

Perkaitan Antara Paganisme, Mesir Kuno Dan Kabbalah



Pelbagai sarjana Timur dan Barat telah lama mengkaji tentang gerakan rahsia ini berabad-abad lamanya walaupun pergerakan ini menyamar dan menyelinap di pelbagai pertubuhan, kesatuan atau nama yang lain. Ada di antara mereka ini tidak kira Muslim atau bukan Muslim dibunuh, didera ataupun diugut supaya meninggalkan kerja-kerja mereka untuk menyiasat pergerakan mereka.

Semasa Nabi Musa a.s masih hidup, bani Israil mula membuat berhala tiruan dari berhala-berhala yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, semakin sedikit yang menghalang mereka dari penyelewengan lebih jauh. Tentu sahaja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebahagian daripada mereka mengekstrak paganisme bangsa Mesir. Seterusnya, mereka meneruskan doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi asas bagi kepercayaan kaum itu, dan merosak keimanan mereka sendiri dengan memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.

Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti sistem daripada para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik (mistik, bersifat ritual dan kerohanian), dan berlandaskan pada praktik sihir. Yang menariknya, Kabbalah memberikan pendekatan yang sangat berbeza tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan kebendaan, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal dari material. Murat Ozgen, seorang Freemason berasal dari Turki, membahas topik ini seperti berikut:

“Jelaslah bahawa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum kewujudan Taurat. Bahagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeza dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, munculah benda-benda yang disebut Sefiroth, bererti “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandungi baik sifat material mahupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama mewakili jisim bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahawa ia berhubungan kait dengan sistem kepercayaan astrologis kuno….Oleh itu, Kabbalah adalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan kait dengan agama-agama kuno yang bersifat misteri dari Timur.”


Sefiroth


Sefiroth adalah ekspresi paling nyata dari ajaran pagan Kabbalah. Gambar yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran pada lukisan Kabbalis di atas adalah Sefiroth. Para Kabbalis berusaha menjelaskan proses penciptaan melalui Sefiroth. Senario yang mereka ajukan sebenarnya adalah sebuah mitos pagan yang sepenuhnya bertentangan dengan fakta yang diungkapkan di dalam kitab-kitab suci.

Dengan mengambil doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang hal itu. Mereka mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan bangsa seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin mistik di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul “Secret Societies and Subversive Movements”, penulis berbangsa Inggeris, Nesta H. Webster menyatakan:

”Seperti kita ketahui, ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum kependudukan Palestin oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung larangan ke atas ilmu sihir, bangsa Yahudi menolak peringatan ini, menular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebahagiannya dipinjam dari bangsa lain dan sebahagiannya adalah ciptaan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari falsafah Parsi Magi, Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat pertimbangan bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahawa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi.”

Terdapat ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahawa bani Israil mempelajari ritual persihiran syaitan dari sumber-sumber di luar agama mereka sendiri.


“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahawa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya ujian (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".

“Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahawa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

(QS. Al Baqarah, 2: 102)


Ayat ini memperlihatkan bahawa dikalangan bangsa Yahudi tertentu, walau mengetahui bahawa akan celaka di hari akhirat, mereka tetap mempelajari dan mempraktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka. Akibat mereka menjual jiwa mereka sendiri, maka terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka.

Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum Allah.

Sebahagian orang Yahudi, terpengaruh oleh budaya pagan dari peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia, berpaling dari Taurat yang diturunkan oleh Allah sebagai tuntunan, dan mulai menyembah bermacam-macam objek jasmaniah.


Doktrin Pagan Yang Disisipkan Ke Dalam Taurat

Penting untuk dilihat bahawa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal:

“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah bahagian-bahagian daripada kitab Taurat Tuhan, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada Tuhan, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada Tuhan, Allah mereka.

… (Mereka berkata:) “…Mereka (nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar. Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari langit dan kerana kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justeru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bertegang leher dan tidak mau mendengar.

… Tetapi kerana kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.

Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Maha Besar, kuat, dan dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami, kerana Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kau berikan kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu, walaupun Engkau telah mengurniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.”

(Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)

Bahagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri. Kerana inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen yang berasal dari doktrin pagan yang bidaah, di samping yang disebutkan di atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:

a)    Pada kitab pertama dari Taurat, disebutkan bahawa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan berasal dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan bahawa Tuhan beristirahat di hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang benar-benar palsu. Ini merupakan idea jahat yang berasal dari paganisme yang memberikan sifat manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran, Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”

(QS. Qaaf, 50: 38)

b)    Pada bahagian-bahagian lain dari Taurat, terdapat gaya penulisan yang tidak menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada bahagian-bahagian di mana kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu semua). Penyamaan ini dibuat untuk menyerupai kelemahan-kelemahan manusia yang diberikan penganut pagan kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.

c)    Salah satu pernyataan yang menghina itu adalah menuntut bahwa Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergusti dengan Tuhan, dan menang. Ini jelas sebuah cerita yang dibuat-buat untuk memberi bani Israil keunggulan bangsa, untuk menyamai perasaan perkauman yang berkembang luas di antara masyarakat pagan. (atau, di dalam kata-kata Al Quran: “kesombongan jahiliyah”).

d)   Terdapat kecenderungan di dalam Perjanjian Lama untuk menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahawa Dia hanyalah tuhan bagi bani Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam serta seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di dalam Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di mana setiap suku menyembah tuhannya sendiri.

e)    Pada sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang bukan Yahudi. Pembunuhan massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak, atau orang tua. Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan dengan keadilan Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya pagan, yang menyembah dewa-dewa perang yang mistik.

Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai asal usul. Pastilah ada orang Yahudi yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir rejim Fir'aun). tidak lain dan tidak bukan, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahawa Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih terperinci rahsia-rahsia yang tersembunyi di dalam Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." 26


Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.


Kabbalah, Doktrin Yang Bertentangan Dengan Penciptaan


Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahawa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
(QS. Al Maidah, 5: 44)

Kerananya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia).

Ada sebuah hujah penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta, benda-benda langit, benda-benda tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya.

Ajaran Kabbalah tentang asal usul alam semesta dan makhluk hidup adalah sebuah cerita yang penuh dengan mitos yang sepenuhnya bertentangan dengan fakta-fakta penciptaan yang diungkapkan di dalam kitab-kitab suci.

Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeza di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:
Pengalaman kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahawa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga — singulariti yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu pluraliti dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak difahami kepada pluraliti. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil.

Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak kemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak difahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafora seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…

Ciri yang menarik dari teologi mistik ini adalah bahawa menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini:

Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berkongsi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah tiang Kabbalah: nilai angka dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan.

Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi asas bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sihat sedemikian jauh sehingga mereka mencuba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rosak ini berkembang, dengan maksud untuk memuaskan keangkuhan bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merosakan Taurat itu sendiri.

Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rosak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah dibincangkan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahawa material telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahawa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah menuntut bahawa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggungjawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.

No comments:

Post a Comment